Diberdayakan oleh Blogger.
YouTube facebook twitter instagram Email

Mad Belbie



Hai, Belbies!
Kalian yang mengikuti tulisanku di blog ini maupun blog sebelah mungkin agak bertanya-tanya ya, kok akhir-akhir ini aku malah lebih sering posting tentang rambut ya, dan nggak pernah review produk skincare, trus juga nggak pernah ngebahas jerawat lagi. Padahal yang pertama kali bikin blog Belbie banyak dibaca orang kan awalnya postingan tentang jerawat. 

Iya, aku tahu sih, banyak yang cari info tentang cara menghilangkan jerawat karena jerawat itu emang menyebalkan sekali ya. Harus diganyang. Aku dulu waktu masih struggle sama jerawat juga hampir tiap hari ngubek-ubek blog buat bacain review produk-produk penghilang jerawat, obat jerawat, dan segala cara menghilangkan jerawat mulai dari yang alami sampai yang pakai obat-obatan. Jadi aku mengerti kenapa topik ini banyak yang cari. 

Trus kenapa aku malah nggak pernah nulis soal jerawat lagi? Padahal kan bisa naikin traffic? Karena akhir-akhir ini aku udah nggak jerawatan. Hahaha. Aku belum sempet nulis postingan soal skin care routine anti jerawat dan mempertahankan kulitku nggak jerawatan lagi sih ya. But, never mind, soalnya sekarang skin care routineku toh udah ganti lagi. Heuuuft. 

Jadi gini, selama beberapa lama kemarin aku kan udah nggak pernah jerawatan. Ya pernah sih, tapi paling cuma satu atau dua kalau pas PMS dan ini wajar, jadi aku nggak khawatir. Nggak ganggu juga.

Tapi kemudian, beberapa waktu yang lalu aku jerawatan lagi, dan model jerawatnya beda. Kalau dulu aku jerawatnya item-item dan agak gede dan nggak ada matanya, kali ini jerawatnya kecil-kecil dan merata kayak bruntusan gitu lohh. Aku belum pernah mengalami jerawat kayak gini. Ini jerawatnya cukup banyak, nyebar di seluruh muka, dan terutama dahi. Trus aku treat pakai sabun holly juga nggak mempan. Padahal biasanya sabun holly bisa mengatasi segala bentuk jerawat. 

Tapi aku nggak panik. Aku kalem, dan menganalisa salahnya di mana. Apakah aku pakai produk baru? Enggak. Apakah aku makan yang aneh-aneh? Enggak. Apakah aku pergi ke tempat yang suhunya beda ekstrim dan bikin kulit kaget? Enggak. Apakah kualitas air di kosku mengalami penurunan? Enggak tahu. Apakah karena perubahan musim? Enggak tahu. 

Intinya, kalau dari dalam sih aku nggak merasa melakukan perubahan. Aku nggak nyoba produk baru, aku nggak pakai makeup (karena nggak punya, hahaha), aku nggak makan yang beda yang kemungkinan bisa memicu jerawat, dll. 

Tapi, akhir-akhir ini suhu udara emang beda karena perbedaan musim kan. Jadi sumuk gitu. Trus aku juga nggak tahu apakah air di kosku kualitasnya berubah atau enggak. Intinya, banyak kemungkinan yang aku enggak tahu. 

Trus aku mikir kan. Biasanya aku akan langsung beli obat jerawat yang biasa yaitu Medi Klin. Tapi kali ini aku pengen nyoba yang lain. Bukan karena aku udah nggak cocok sama Medi Klin, tapi karena aku pengen sekalian benerin tekstur kulit aku yang ada bekas parutnya banyak. Dan produk apa lagi yang bisa mengatasi jerawat sekaligus tekstur kulit? Yes, Vitacid. 

Punyaku udah kepakai segitu. Iriit banget orang pakainya cuma dikit tipis-tipis.
Sebenernya aku udah sejak lama banget pengen nyobain vitacid, tapi nggak jadi mulu karena aku takut-takut. Banyak yang bilang pas pakai vitacid trus break out, purging, jerawatnya keluar semua makin banyak pas proses penyembuhan karena cara kerja vitacid emang kayak gitu, bersihin sekalian. Makanya aku nggak berani dan pilih pakai yang aman-aman aja. Hahaha. Tapi kali ini karena aku emang lagi break out, ya aku mikir sekalian aja. Nothing to lose. 

Sama seperti obat jerawat lain, vitacid ini juga ada level-levelnya. Kalau yang cream ada level 0,025 %, 0,05 %, dan 0,1 %. Pas ditawarin mbak-mbaknya apotek, aku pilih level yang paling rendah yaitu 0,025%. Kenapa? Pertama, karena Vitacid ini obat keras. Kedua, aku baru pertama kali nyoba jadi belum tahu bakal cocok apa enggak, dan ketiga, jerawatku nggak parah-parah banget. Cuma bruntusan aja banyak, bukan jerawat yang meradang gitu.
 
Vitacid itu ada yang berbentuk gel, lotion, sama cream. Punyaku yang cream. Kayak gitu itu bentuknya.
Sebenernya aku nggak harus pakai vitacid, tapi seperti yang udah aku jelasin di atas tadi, vitacid ini nggak hanya ngobatin jerawat tapi juga sekaligus benerin teksur kulit. Lebih jelasnya, aku ketikin keterangan yang ada di brosurnya sekaligus review yaa. #pelletukangketikulang #bukanbloggerbeneran

Biar gampang, yang dari brosur aku bikin miring, yang dari aku lurus biasa. Kenapa? Karena aku anaknya lurus. Ya kan? Lol

Cara Kerja Vitacid:

Tretinoin meningkatkan mitosis dan pergantian sel epidermal serta meningkatkan sintetis keratin. Peningkatan permeabilitas kulit menyebabkan hilangnya cairan sehingga mempermudah pengelupasan kulit dan mencegah terbentuknya komedo baru. 

Ini benar sekali. Jadi cara kerja vitacid itu selain mematikan jerawat dan komedo juga sekaligus membantu mengangkat sel kulit mati. Makanya ada yang bilang juga kalau vitacid juga bagus buat anti aging. 

Apakah kulitku mengelupas?

Iya, terutama pas awal-awal pemakaian. Nggak terasa perih atau iritasi, cuma kulitku pada ngelupas. Enggak apa-apa karena itu sel kulit mati yang emang bikin kulit aku jadi kelihatan kasar dan kusam. Sel kulit matinya gampang banget diilangin. Aku nggak pakai scrub, cuma bersihin muka pakai pembersih dan kapas juga sel kulit matinya ikutan keangkat. Hasilnya, kulitku jadi kayak baru. Halus dan lembut, lebih muda dan bersinar. Trus juga kerut-kerut halus yang tadinya banyak di dahi jadi menghilang. 

Indikasi:

Vitacid ditujukan untuk pengobatan jerawat secara topical terutama tingkat I-III di mana terdapat banyak komedo, papul, dan pustule, tapi tidak efektif pada kebanyakan kasus pustular yang berat dan varitas-varitas cystic nodular (acne conglobata). 

Jadi emang cocok buat aku yang cuma bruntusan yaa. 

Kontra Indikasi:

Hipersensitif terhadap tretinoin.

Peringatan dan Perhatian:

Jangan dipakai pada atau dekat mata, mulut, sudut-sudut hidung, dan selaput lendir. Pemakaian lokal mungkin menyebabkan erythema lokal atau pengelupasan pada tempat pemakaian. Bila terjadi iritasi lokal, kurangi frekuensi pemakaian, bila perlu hentikan penggunaan vitacid untuk sementara waktu.

Ini makanya kalau pakai vitacid itu nggak boleh cuma titik-titik di tempat yang berjerawat, tapi tipis rata ke seluruh muka (kecuali daerah-daerah yang terlarang). Karena kalau cuma di daerah tertentu, ntar ngelupasnya cuma di daerah itu dan bisa menyebabkan perbedaan warna dan tekstur kulit. 

Tretinoin dapat menimbulkan iritasi yang berat pada kulit eksim dan harus digunakan dengan sangat berhati-hati paada penderita dengan keadaan ini.
Hati-hati bila digunakan bersama-sama dengan zat keratolitik seperti asam salisilat, sulfur, dll. 

Pas pakai vitacid aku beneran hati-hati banget dalam memilih produk lain (facial wash, pembersih, dll) yang dipakai pada saat yang sama. Aku pastikan nggak mengandung bahan-bahan yang menganduk salicylic acid atau sulfur. Mungkin banyak kasus orang pakai vitacid trus purging parah itu karena orangnya nggak sadar kalau pakai produk lain yang mengandung bahan yang ‘bermusuhan’ sama tretinoin. Tapi itu cuma satu kemungkinan sih. Masih banyak kemungkinan lain. 

Kontak dengan sinar matahari harus dihindari sedapat mungkin selama penggunaan vitacid. Gunakan sunblock pada siang hari. 

Vitacid ini bikin kulit jadi fotosensitif, jadi hanya boleh dipakai pada malam hari. Kalau kamu pakai vitacid dan kena sinar matahari, kulitmu bisa kebakar. Pagi hari begitu matahari terbit, langsung cuci muka untuk membersihkannya. Dan kalau keluar sing harinya tetep wajib pakai sunblock karena efek kulit yang habis kena vitacid tetep masih sensitif terhadap sinar matahari. Begitu. Atau kalau mau lebih aman, mungkin sementara bisa pindah ke Frost dulu jadi tetangganya Edward Cullen. Di sana kan matahari jarang-jarang kelihatan. Ngahahaha. Penderita jerawat sama vampir jadi nggak ada bedanya gini.  

Penderita dengan kulit terbakar harus disembuhkan dulu sebelum memakai obat ini. 

Yes, kalau kulitmu masih kebakar, jangan berani-beraninya langsung pakai obat keras kayak gini yaa. 
Penggunaan pada wanita hamil hanya bila benar diperlukan karena belum ada data-data yang memadai mengenai keamanan penggunaan pada wanita hamil. 

Kalau saranku sih, kalau lagi hamil mending jangan pakai obat keras kayak gini. Kalau pun seandainya terpaksaaa banget, konsultasikan dulu ke dokter ya. Kalau dokter boleh dan ngasih saran penggunaan tertentu, baru. 

Efek Samping Penggunaan Vitacid:

Kemerahan, bengkak, melepuh, atau mengeras pada kulit individu-individu tertentu yang peka. Bila timbul efek seperti ini hentikan penggunaan obat sementara waktu hingga keadaan kulit pulih kembali dan sesuaikan ke tingkat yang lebih rendah di mana pengguna masih tahan. 

Aku nggak mengalami kemerahan, bengkak, melepuh, maupun mengeras. Padahal kulitku sensitif. Mungkin karena aku pakai yang level paling rendah dan aku pakainya juga tipis banget. 

Hiperpigmentasi atau hipopigmentasi yang sifatnya sementara dapat terjadi karena penggunaan tretinoin yang berulang-ulang. Beberapa individu dilaporkan bertambah kepekaannya terhadap cahaya matahari selama pengobatan dengan tretinoin. Semua efek samping dari tretinoin dapat dihilangkan dengan menghentikan pengobatan. 

Aku mengalami hipopigmentasi. Kulitku jadi kayak putih-putih gitu di daerah tertentu. Padahal aku pakainya rata. Tapi emang cuma sementara, soalnya pas aku udah nggak pakai lagi, warna kulitku jadi rata kembali. Kalau soal kepekaan terhadap cahaya matahari aku nggak tahu karena aku kelelawar yang hanya keluar pada malam hari. Hihi. Kalau keluar di siang hari juga aku pakai sunscreen, jadi kulitku nggak kebakar. 

Cara Pemakaian Vitacid:

Sebaiknya dipakai sekali sehari sebelum tidur.Oleskan tipis-tipis hingga menutupi jerawat menggunakan ujung jari, kain kasa, atau kapas. 

Aku pakai ujung jari soalnya kalau pakai kain kasa ataau kapas produknya malah bakal nyerep ke kasa atau kapasnya. Haha. Yang penting jarinya harus dalam kondisi bersih. 

Penggunaan obat secara berlebihan tidak akan meningkatkan hasil pengobatan, tetapi akan menimbulkan efek samping seperti kemerahan, pengelupasan kulit, dan gangguan lainnya. 

Pakai makin tebel biar lebih cepet sembuhnya? No, no! Pakainya tipis-tipis aja. Kalau pakai kebanyakan atau terlalu tebel, bukannya sembuh malah bisa iritasi lohh. 

Pada pemakaian mungkin dapat timbul rasa panas atau pedih yang bersifat sementara. Bila dianggap perlu, hentikan penggunaan obat untuk sementara waktu atau kurangi frekuensi pemakaian. Lanjutkan kembali penggunaan obat bilamana penderita telah tahan. 

Aku nggak merasakan panas atau pedih. Cuma agak perih dikit di bagian sudut hidung yang kulitnya mengelupas. Ini karena aku oon kurang hati-hati. Udah jelas-jelas sudut hidung itu termasuk area yang terlarang. 

Selama minggu-minggu awal pengobatan seolah-olah terjadi peningkatan peradangan. Hal ini disebabkan oleh khasiat obat yang bekerja pada komedo dan papul yang dalam, di mana sebelumnya tidak tampak. 

Iniiii nih, yang dikhawatirkan banyak orang. Purging dalam rangka pembersihan menyeluruh itu memang hanya untuk orang-orang yang kuat mental dan pede karena selama beberapa waktu jerawatnya malah kayak makin banyak. Tapi itulah purging, Demi pembersihan maksimal dan jerawat nggak balik lagi. 

Hal ini juga dulu bikin aku takut, tapi untungnya di aku nggak kejadian. Cuma emang muncul jerawat gede-gede di dua area pipi. Jerawat gede bin item yang udah lama banget nggak pernah kelihatan. 

Kalau kalian nonton video aku di youtube pas ngecover Havana, mungkin kalian notice di pipiku ada bayangan item, atau mungkin malah kelihatan jelas kalau itu jerawat soalnya aku nggak pakai concealer. Itulah jerawat purging karena pakai vitacid. Sekarang sih udah nggak ada. Udah beres. Yess!

Pada umumya hasil pengobatan akan tampak pada minggu ke 2 atau ke 3 dan hasil optimal tampak pada minggu ke 6. Sekali jerawat memberikan respon yang memuaskan, perlu memelihara kemajuan ini dengan mengurangi frekuensi pemakaian. 

Aku pakai selama duh, berapa ya, mungkin sekitar dua minggu. Sekarang udah enggak lagi. Hasilnya di aku, jerawat kecil-kecil di dahi udah ilang blas, bonus dahinya jadi mulus karena kerutan halus juga ikut ilang. Trus jerawat gede-gede korban purging sekarang juga udah lenyap. Trus komedo juga nggak ada lagi. Hal ini terbukti dari kalau aku pakai masker peel off yang biasanya keluar komedonya banyak, sekarang cuma dikiiiit, hampir nggak ada komedonya sama sekali. Wow. 

Benefit lain yang aku rasain, kulit yang tadinya kasar jadi halus dan lembut, trus lebih kencang dan glowing. 

Sekarang aku udah nggak pakai lagi karena ya jerawatnya udah sembuh. Ingat ya, vitacid ini obat lho, buka produk perawatan kulit yang bisa dipakai setiap hari. Kalau udah sembuh ya udah. Apalagi sifatnya ngelupas sel kulit terluar. Jangan dipakai terus menerus ya. 

Kesimpulan Review Vitacid:

Kelebihan:

1.      Ampuh mengobati jerawat dan bruntusan, sekaligus menghilangkan komedo.
2.      Membantu mengangkat sel kulit mati. 

Kekurangan:

Banyak kemungkinan efek sampingnya ya. Tapi ini tergantung kondisi kulit masing-masing orang kok. Kalau aku cuma mengalami hipopigmentasi, tapi sekarang juga udah normal kembali. 

Recommended?

Aku nggak berani rekomendasiin. Haha. Mending kamu konsultasi ke dokter kulit aja kalau soal kayak gini yaa. 

Repurchase?

Kayaknya enggak, soalnya jerawatku udah sembuh. Ntar buat maintance jaga-jaga kalau ada muncul jerawat satu dua gitu aku mau pakai Medi Klin aja mendingan, yang nggak bikin kulit mengelupas. 

Baca juga: Medi Klin Si Obat Jerawat Ampuh 

Demikianlah Belbies, review obat jerawat vitacid ini saya buat dengan jujur sejujur-jujurnya. Plis, jangan nanya yang susah-susah kayak “Jenis kulitku begini, jenis jerawatku kayak gini, bisa pakai vitacid apa enggak ya, kak?” karena aku nggak tahu. Aku bukan dokter kulit. Kalau produk yang sifatnya obat kayak gini, kalian harus menempuh jalan yang benar dengan konsultasi ke dokter kulit. 

Vitacid ini bisa dibeli di apotek. Hampir semua apotek ada sih asal stoknya lagi ada. Dulu aku pernah nyari ke Guardian tapi nggak ada. Harganya Rp. 28.000. 

Oya mohon maaf aku semacam blogger yang buruk karena nggak mencantumkan foto before and after. Itu karena pas masih jerawatan kemarin aku nggak kepikiran buat foto-foto. Tadinya juga nggak kepikiran mau buat review ini. Jadi yaa, mohon maaf. 

Tapi kalian bisa lihat kondisi kulitku yang terekam di video-videoku di youtube kok. Emang aku nggak bikin video tentang beauty sih, tapi kulitku kelihatan di sana. Ada yang jerawatnya kelihatan, ada yang udah ilang. Jadi jangan lupa subscribe yahh. << ini apaan sih, malah promosi. 

Udah, itu aja untuk postingan kali ini. Aku udah capek juga ngetik ini panjang banget deh. Gewla, sampai sini aja udah dua ribu kata lebih. Sungguh berdedikasi. Brand-brand, jangan ragu untuk sponsorin aku yaa. Aku kalau bikin review sungguh-sungguh gini lohh. Hihi. 

Thank you so much for reading, Belbies, and I’ll see you in the next one. Byeee!
 



Love,
Isthar Pelle
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar


Hello, Belbies! How are you?? Masih tetep imut kan? Heuheuheu. 

Oke, setelah beberapa hari yang lalu aku posting tentang Cara Aman Bleaching Rambut Sendiri, sekarang episode lanjutannya yaitu: mewarnai rambut sendiri. 

Sebelum membahas itu, aku mau klarifikasi dulu. Di postinganku soal bleaching itu aku emang bilang aman dan nggak merusak rambut. Sebenernya nggak persis seperti itu ya, karena namanya bleaching rambut di mana-mana pasti tetep ‘merusak’ rambut. Nggak peduli semahal apapun bleachingnya. 

Secara sederhana sih, rambut itu kan silinder utuh, nah dalam satu lingkaran silinder itu tadinya penuh dengan berbagai macam hal termasuk pigmen warna. Nah, bleaching menghilangkan pigmen warna tersebut, jadi otomatis ada bagian yang hilang dan membuat silinder rambut itu jadi ‘kopong’. Makanya rambut yang udah dibleaching itu cenderung jadi lebih rapuh dan mudah patah.

Jadi kalau kamu sayang rambutmu dan suka rambut panjang yang cantik, sebenernya aku nggak saranin untuk bleaching kecuali kamu emang pengen warna-warna aneh yang emang harus melalui proses bleaching dulu biar jadi. 

“Tapi kan aku pengen warna rambut yang unyu-unyu gitu, Pelle. Aku mau warna rambut pink pastel, warna rambut mermaid, warna rambut unicorn, warna silver, warna putih.”

Kalau lihat foto-foto rambut para gadis di instagram emang menggiurkan. Warnanya bagus, bisa warna-warni mulai dari yang pastel sampai yang ngejreng banget. Tapi dilihat dulu ya, itu rambut asli mereka apa. Kalau dasar rambutnya udah warna pirang, pakai warna kayak pink itu udah gampang aja langsung masuk. Kalau mereka pengen putih atau silver, tinggal bleaching sekali trus pakai purple shampoo juga udah jadi. 

Beda sama yang warna rambutnya gelap banget, kayak aku. Warna rambut alamiku itu coklat gelaaaap banget menuju hitam. Iya, nggak seratus persen hitam banget kayak orang Jepang. Jadi kalau aku mau warna-warna Barbie atau unicorn, aku bleachingnya harus berkali-kali, pakai developer volume tinggi. Kalau mau rambut silver atau putih, masih harus berkali-kali lagi. Begitulah. 

Tapi aku enggak masalah, karena aku nggak keberatan ‘merusak’ rambutku. Aku tipe yang santai aja. Buatku, hidup terlalu singkat buat rambut yang biasa-biasa aja. Aku mau nyoba semua warna. Kan cuma rambut. Ntar kalau udah keterlaluan parah bisa digundulin juga tumbuh lagi. Hahaha. Yang penting bukan kulit kepalanya yang rusak, dan harus dipastikan juga level sensitifitas dan alergi kulit kamu ya. Ini bahan kimia. Jangan sembarangan. 

Tapi ini aku ya, yang hidupnya emang nggak terikat apa-apa dan bisa melakukan segala sesuatu sesuka hati. Kalau kalian-kalian misalnya masih sekolah, kerja kantoran, atau masih mengkhawatirkan banyak hal, mending jangan bleaching. Kalau mau warna rambut aneh, pakai wig aja. Sekarang wig udah banyak yang bagus kayak rambut asli. #solusibijakluarbiasa

Oke, udah kepanjangan klarifikasinya. Sekarang, kalau kalian masih membaca sampai sini, aku asumsikan kalian sama kayak aku. Suka warna rambut ngejreng, mau warna rambut ngejreng, sadar, dan rela menanggung segala konsekuensinya. 

Aku udah berkali-kali percobaan mewarnai rambut warna ngejreng. Percobaan beberapa lama ini bisa dibilang nggak terlalu memuaskan. Soalnya kau pakai cat rambut Miranda sih, wkwk. Seringnya, warnanya nggak jadi sama kayak contoh gambar di boksnya. Kalaupun jadi cuma pas awal-awal aja. Sekali keramas langsung udah berubah. Dan warnanya nggak pernah beneran jadi gonjreng, melainkan kusem gitu lohh. Nggak keren pokoknya. 

Baca juga: Review Bleaching dan Cat Rambut Miranda

Itu karena aku pakai Miranda ya. Kalau cat rambut yang mahal-mahal gitu aku nggak tahu deh, mungkin emang beneran bagus kali ya. Soalnya kalau ngelihat di foto doang, foto juga bisa diedit. Warnanya bisa dibikin jadi lebih bagus, saturated, vivid, dll. Bahkan hairdresser tersertifikasi sekalipun bilang jangan percaya sama foto kok, soalnya hasil di kehidupan nyata nggak selalu sebagus itu. 

Tapi kalau aku lihat video-video hair transformation gitu aku sering lihat warnanya jadi bagus sih. Bagus pas pertama. Hahaha. Nggak tahu kalau udah dikeramasin bakal masih kayak gitu apa enggak. Dan yang jelas, kalau mau warna bagus kayak gitu harus pakai cat rambut yang mahal. Kayak misalnya Manic Panic itu warnanya bisa bagus banget. Tapi satu jar itu berapa coba? 200 ribuan? Yang tahu harganya komen yaa. 

Dan itu juga semi permanen. Nggak tahan lama, alias dikeramasin beberapa kali juga ilang. Heuuuft. Sebagai anak yang lebih memilih menggunakan uang buat hal lain yang lebih bermanfaat daripada hanya buat cat rambut sementara, aku mencari alternatif yang lebih murah tapi hasilnya tetep bagus dong.

Dan setelah berguru di padepokan youtube, aku menemukan dua alternatif mewarnai rambut:
1.      Pakai pewarna makanan
2.      Pakai kertas krep

Yang pakai pewarna makanan ini aku langsung tergiur banget karena udah pasti aman dan sehat dan nggak berbahaya buat rambut karena cuma pewarna makanan dicampur sama kondisioner/ mayones. Sayangnya, dua kali percobaan, aku gagal terus. Nggak kelihatan hasilnya sama sekali. 

Tapi itu sih kayaknya karena aku pakai pewarna makanan biru buat percobaannya. Sementara warna biru itu terkenal sebagai warna yang paling susah masuk. Bahkan pakai cat rambut beneran juga kalau warna biru itu susah banget masuknya. Udah gitu, paling gampang ilang lagi. Sungguh melelahkan. 

Sedangkan aku lihat yang pada percobaan pakai pewarna makanan pink gitu bisa jadi bagus. Karena warna dari keluarga merah-merahan ini paling gampang masuk dan paling susah ilang. Bahkan warna merah ditaruh di rambut hitam alami aja bisa keluar warnanya dan lama ilangnya. Kalau nggak percaya sama teori ini, coba cat rambut pakai warna ungu. Warna ungu itu kan campuran antara merah dan biru. Dalam waktu singkat, unsur birunya ilang dan lama-lama rambut jadi merah kecoklatan. Aku udah mengalami ini setelah aku cat rambut pakai Cat Rambut Samantha yang dulu itu. 

Tapi sesungguhnya aku masih penasaran sama cat rambut pakai pewarna makanan ini. Nanti kalau aku sempet coba dan sukses, aku akan bagikan ke kalian. 

Sementara ini, aku masih nggak mau berpindah ke lain hati dulu karena aku warnain rambut pakai kertas krep dan sukses luar biasa. Kayak gini hasilnya:

Ini warnanya juga sebenernya nggak sesuai kenyataan yang sebenarnya ya. Seperti kalian sudah tahu, kaameraku itu warm tone, jadi bikin warna apa aja terlihat lebih hangat dibanding warna aslinya. Yang pink itu sebenernya asli pink, tapi di sini kelihatan lebih merah/orange.

Ngejreng banget kan warnanya? Yang berteman sama aku di facebook mungkin udah lihat foto rambut sebelah-sebelahku. Yang biru itu editan karena aslinya ungu dan nggak rata, makanya ceritanya aku ratain dan aku dinginkan tone warnanya jadinya kayak gitu. Aslinya ungu kayak gini. 

Tapi kalau yang pink itu asli. Beneran pink banget sampai kayak rambut plastik. Aku aja ketawa-ketawa terus saking bahagianya. Dari tahun kapan pengen rambut warna gonjreng dan baru kesampaian sekarang hanya modal kertas krep yang harganya selembar (aku beli yang lembaran gede, bukan yang potongan kucil-kucil) cuma seribu lapan ratus. Itu juga cuma kepakai dikit dan masih sisa banyaaaak. Modal lima ribu aja bisa buat warnain rambut setahun kayaknya. 

“Wait, what?? Serius lau, Pel? Emang bisa? Caranya gimana?” 

Cara Mewarnai Rambut Pakai Kertas Krep

1.      Rambut kalian harus udah dibleaching dulu. Kalau rambutnya masih item, tetep aja warnanya nggak bakalan masuk.
2.      Beli kertas krep.
3.      Gunting-gunting kertas krep secukupnya dan masukkan ke dalam wadah apa aja terserah.
4.      Kasih air secukupnya buat ngeluarin warna dari kertasnya. Kertasnya sambil ditekan-tekan atau diaduk-aduk yaa. Pas masukin air jangan banyak-banyak. Kamu harus lihat warna airnya berubah jadi pekat. Harus bener-bener pekat kalau mau maksimal.
5.      Rendam rambut ke larutan warna selama lima belas menit.
Hah, rendam, Pel? Trus yang bagian atas itu kamu gimana cara ngerendemnya?
Aku sampai tiduran dong, hahaha. Niat banget kan? Begitulah. Siapa bilang jadi alay itu gampang? It’s about hardwork and dedication. -,-
6.      Keringkan.
Kalau aku langsung tak keringkan nggak pakai bilas. Tapi kalian kalau mau bilas enggak apa-apa. Tapi asal tahu aja, warnanya akan langsung luntur begitu kena air. Nggak langsung ilang sepenuhnya sih, tapi jadi berkurang gitu lho. Karena aku pengen menikmati warna gonjreng maksimal, aku langsung keringkan dan baru keramas pertama itu tiga hari kemudian. Hihihi.
Di foto atas itu aku udah keramas sekali. Warnanya masih ngejreng kan? Itu karena aku pakai shampoonya hati-hati banget cuma di kulit kepala dan batang rambutnya cuma pakai conditioner.

Demikianlah, Belbies! Cara cat rambut pakai kertas krep. Gempil kan? 

Pertanyaan Seputar Cat Rambut Pakai Kertas Krep:

1.      Apakah warnanya tahan lama?

Enggak. Karena ibaratnya kita cuma main warna-warnaan ditempelin ke rambut. Sama aja kayak kamu bikin tato-tatoan pakai spidol. Gampang banget ilangnya. Paling cuma tiga kali keramas juga ilang. Tapi justru aku seneng sih, soalnya jadi bisa sering gonta-ganti warna kan? Ngahahaha.

2.      Apakah pasti berhasil?

Pasti, asal rambutmu udah dibleaching.

3.      Apakah aman?

Ini aku enggak tahu. Wkwk. Jujur aja ya. Tapi kalau menurutku sih kayaknya masih jauh lebih aman daripada pakai cat rambut sih. Soalnya kan nggak pakai developer lagi dan cuma pakai air. Tapi kalian bisa tanyakan dulu ke ahlinya buat meyakinkan. Sekali lagi, blog madbelbie itu buat have fun, jangan dijadikan patokan.

4.      Apakah rambut jadi kaku?

Kalau aku enggak. Nggak ada rasanya. Kayak biasa banget gitu. 

Tips Mewarnai Rambut Pakai Kertas Krep:

1.      Pakai baju yang kamu udah nggak peduli lagi. Karena bakal netes-netes dan bajumu bakal kena semua. Pakai pelindung plastik atau pakai mantol bila perlu. #siap
2.      Lakukanlah di tempat yang aman. Jangan di atas tempat tidur, di atas karpet, di atas sofa mahal, dan sebagainya karena akan netes ke mana-mana. Paling aman sih di kamar mandi biar gampang bersihinnya. Kalau netes ke lantai keramik juga nggak masalah sih, tinggal dielap aja. Intinya kalian kira-kira sendiri lah, harus sehati-hati apa. Yang penting jangan kena benda-benda berharga aja. 

Trus apa lagi ya? Emm, kayaknya udah sih. Oh, kesimpulan ding.

Kelebihan Cat Rambut Pakai Kertas Krep:

1.      Murah meriah. Mau warnain rambut sepuasnya juga nggak bakalan bangkrut.
2.      Warnanya jadi bagus banget sangat memuaskan sampai kayak rambut-rambutan. Hihi.
3.      Nggak bikin rambut jadi gimana-gimana.

Kekurangan Cat Rambut Pakai Kertas Krep:

1.      Gampang ilang. Dan kalau misal kehujanan di jalan juga harus hati-hati karena ada kemungkinan luntur. Wkwkwk. 

Recommended?

Yeeeesssss!

Apakah akan kuulangi lagi?

Yeeeesssss!

Udah ah. Maaf ya, aku akhir-akhir ini kalau nulis suka cerewet panjang banget. Btw, kalau kalian masih punya pertanyaan seputar cat rambut warna-warni pada umumnya dan cat rambut pakai kertas krep pada khususnya, komen aja yaa. Aku akan berusaha membalas segera setelah membacanya. Kalau aku slowres karena nggak selalu cek email, kalian bisa tetep berhubungan sama aku melalui facebook atau instagram. Go follow yaa. My social media handle ada di sidebar sebelah tuh.

Thank you so much for reading, Belbies!

Love,
Isthar Pelle
Share
Tweet
Pin
Share
2 komentar


Hello, Belbies! How are you? Long time no see, ya. I was such a bad bad blogger, I know. Aku nggak akan memberikan janji-janji palsu untuk ngeblog lebih sering karena aku belum tentu sanggup memenuhinya karena sekarang lagi banyak aktivitas lain yang butuh perhatian, lol. Tapi kali ini aku sempet-sempetin banget nulis ini karena breaking news: aku menemukan produk bleaching rambut yang asli bikin aku jatuh cinta setengah mati.

Disclaimer: review ini tidak disponsori. Jujur hasil pengalaman pribadi yang aku mau bagiin ke kalian ya. Oke, langsung aja ke topik pembicaraan utama!

Review Bleaching Rambut Inaura

Setelah beberapa lama memutuskan untuk mengistirahatkan rambut dari warna-warna ngejreng karena rambutku jadi rusak waktu itu karena bolak balik dibleaching, akhirnya rambutku udah kembali ke kondisi normal sehat wal afiat dan cantik sehat. Cieee. Ya iyalah, waktu itu aku trim rambut aku. Ngetrimnya agak kebanyakan sebenernya yang berakibat rambutku malah dipotong jadi pendek banget, huhuhu. Ini sebenernya bisa diceritain dalam postingan sendiri terpisah, tapi waktu itu aku sungguh lagi nggak menaruh perhatian pada blog ini jadi nggak terlaksana deh. Wkwk. 
Intinya setelah potong rambut, aku cat rambut aku pakai warna coklat. Aku nggak tahu pastinya sih ya, tapi setahuku warna rambut netral kayak hitam dan coklat gitu adalah warna yang paling aman dan nggak terlalu merusak rambut. Selain itu aku sengaja cat warna gelap buat meratakan warnanya karena tadinya masih ada sisa-sisa warna ijo, biru, dan pink. Yang berteman sama aku di facebook pasti tahu karena dulu aku pernah posting foto rambut mermaid. Yang tidak berteman, ini dia fotonya. 

Rambut panjangku kok biutiful banget yak. Ah, jadi rindu.
Warna rambut coklat juga secara instan membuat rambut yang tadinya kering nggak sehat jadi terlihat mendingan. Ibaratnya makeup selama masa penyembuhan ya. Selama itu, aku sambil rawat rambut aku biar kembali sehat beneran. Ini cuma eksperimen ngawur aku seperti biasa ya, tolong jangan dijadikan pedoman. Lol.

Beberapa waktu kemudian (aku nggak inget tepatnya berapa lama) rambut aku udah kembali sehat dan udah jadi mending rada panjang lagi. Nggak ada split end, nggak ada rambut patah karena kering dan rapuh lagi. Kalau tadinya tuh udah sering patah kecil-kecil gitu loh. Trus juga udah nggak kasar lagi. Udah normal lagi lah. Tapi ya tentu saja warna coklat itu membosankan sekali dong, buatku. Akhirnya aku memutuskan untuk bleaching rambut lagi biar bisa diwarnain lagi.

Pergilah aku ke toko perlengkapan salon langganan untuk beli bleaching rambut. Tadinya aku mau beli merek Miranda kayak biasanya. Jujur aja aku nggak tahu banyak soal merek-merek produk bleaching rambut. Atau well, sebenernya tahu sih, cuma nggak pernah coba karena mahal. Lol. Miranda itu merek yang paling murah yang aku tahu. Hahaha.

Langsung aja aku bilang ke mbaknya toko beli bleaching Miranda yang boks besar, trus sama beli developer terpisah yang buat bleaching. Kenapa? Karena developer bawaannya Miranda itu yang buat bleachingnya juga cuma 6% kalau nggak salah, dikit banget, dan hampir nggak ada gunanya sama sekali. Ini yang bikin percobaan bleaching sendiri pas pertama dulu gagal. Belajar dari kegagalan dan setelah menimba ilmu dari video youtube, ternyata kalau mau sukses emang harus ditambah developer tambahan yang 12%. 

Baca juga: Review Bleaching dan Cat Rambut Miranda

Trus mbaknya bilang gini “Oh, developernya mau ganti ya? Mbok mending bleachingnya sekalian aja,” gitu. Maksudnya, mending bleachingnya nggak usah pakai Miranda, tapi merek yang sama kayak developer yang ditawarkan Mbaknya ke aku yaitu, Inaura. Tentu saja kemarin aku nggak sempet foto karena buru-buru semangat banget langsung pakai dan langsung buang bungkusnya begitu selesai (kebiasaan), jadi aku cariin fotonya dari google, seperti ini. 


Harganya nggak beda jauh sama sekali dari Miranda, Miranda yang boks kecil itu kan harganya Rp. 7.500. Ini Cuma Rp. 8.500/ sachetnya. Developernya Rp. 25.000 yang ukuran 200ml. Mbaknya bilang ini bagus. Jadi oke, aku ambil bleachingnya dua sachet, developernya satu botol yang 200ml, dan sebagai tambahan aku beli conditioner literan yang murah banget satu liter harganya cuma Rp. 13.000. Ini karena aku mikir habis bleaching pasti tetep kasar dan aku berencana untuk menenggelamkan rambutku dalam conditioner buat membantu melembutkan. Oke, bayar di kasir, pulang. Sampai kos langsung aku cobain semangat banget dong, wagelaseh. 

Ini developernya. Buat bleaching aku pakai yang pink, 12%.
Bubuk bleaching Inaura ini warnanya biru. Menurut keterangan, kalau buat highlight perbandingan sama developernya 1:1,5, kalau buat bleaching full 1:2. Jadi aku kasih developernya agak banyak. Pokoknya buat dua sachet bubuk bleaching ini sekarang developernya cuma sisa sekitar seperempat botol.

Kesan Pertama Bleaching Rambut Inaura

Pas dicampur, nggak ada bau menyengat amonia sama sekali. Bahkan hampir wangi karena menurut keterangan di botol developernya itu perfumed cream. Trus pas dicampur juga nggak mengembang dan menggumpal. Aman banget jadi kayak pasta/lotion kental biasa yang ini membuat pengaplikasian jadi sangat mudah. Jauh lebih mudah daripada Miranda yang mengembang kering dan jadi bubuk.
Teksur pasta/lotion ini bikin pengaplikasian jadi gampang rata ke seluruh rambut kayak cat rambut biasa. Dari sini aja aku udah jatuh cinta.

Trus aku merasa kalau bleaching ini sangat panas. Asli, mungkin karena volume developernya yang tinggi banget itu, jadinya ketempel kulit aja kayak menyengat gitu. Makanya harusnya leher dan area kulit di sekitar rambut harus dilindungi pakai handuk atau kain gitu.

Pengaplikasiannya cepet banget saking gampangnya. Aku nggak punya alumunium foil, jadi pas udah aku pakai rata, aku bungkus pakai plastik dan menunggu selama kurang lebih 45 menit (niatnya). Tapi baru setengah jam aku udah nggak tahan karena panas banget. Plastiknya aku sentuh aja beneraan panas banget dan yang bikin aku tercengang, sampai keluar air kayak uap gitu ngumpul diplastiknya. Pas aku keluarin dan airnya kena tangan, itu rasanya panas, asli deh. Ini apaan coba. Trus aku buka tutup plastiknya, dan serius, rambutku panas banget kayak habis disteam. Trus aku kipasin biar adem (teknik yang apa sekali). Sambil mengademkan rambut, sekalian aku cek kalau ada bagian yang kurang rata.

Oya, di tahap pertama aku pakai satu seperempat sachet. Satu sachet aja nggak cukup buat rambutku yang banyak.

Trus sisanya yang tiga perempat sachet aku campur lagi sama developer buat nimpa bagian-bagian yang belum rata dan aku pakai sebagian besar buat rambutku yang sisi sebelah kanan karena aku nggak ngerti kenapa, yang kiri udah kuning, tapi yang kanan masih coklat-coklat aja. Mbaknya toko juga bilang kalau mau nimpa jangan dikeramasin dulu, tapi langsung biar hasilnya maksimal. Oke, aku habiskan bagian terakhir itu buat ngeratain, aku tutup plastik  lagi, dan tunggu lagi 45 menit.
Kali ini nggak terlalu panas karena aku udah lebih cerdas dengan ngasih lubang udara. Plastiknya nggak rapet banget gitu. Setelah itu aku buka dan keramas.

Pas keramas aku terkejut karena rambut aku kok lembut banget. Jadi ternyata developernya itu udah kayak mengandung conditioner gitu loh, gaes. Jadi sambil proses bleaching, sambil kayak dilembapkan. Tapi aku tetep pakai conditioner sih, biar lebih mantap djiwa.

Trus habis itu aku cek dan ternyata warnanya rata bagus. Jauh lebih bagus dibanding Miranda. Kalau masih ada yang kurang rata, itu karena aku aja yang oon mengaplikasikannya nggak rata. Habisnya susah lho, pakai sendiri nggak ada yang ngebantuin. Bagian belakang rambutku masih ada yang gelap banget. hahaha. Tapi cuma dikit sih. Sama kayak ada yang belang jauh lebih putih itu karena sisa bleaching di masa lalu yang emang belang.. Tapi nggak apa-apa, nggak terlalu kelihatan juga.

Hasil Bleaching Rambut Inaura

Dua kali bleaching, rambutkku berubah jadi kuning agak orange. Level delapan lah. Ini bisa dimengerti karena aku berangkat dari warna rambut gelap banget. Coklat akibat pewarna, dan setengah yang atas itu warna rambut alami yang belum pernah kena apa-apa. Jadi wajar kalau baru dibleaching dua kali dan warnanya masih agak orange. Tapi aku yakin sih, dibleaching sekali lagi juga warnanya udah akan berubah jadi pirang terang atau mendekati putih.  

Kayak gini. Sebenernya lebih kuning, tapi karena kameraku warm tone dan bikin segala warna terlihat lebih hangat dari aslinya, jadi kelihatan orange banget di sini. Kalau dibiarin apa adanya kayak gini alay banget sih, dan jelek banget rambut kuning kayak gini. Kalau kamu mau rambut pirang, keramas pakai purple shampoo ya, buat ngurangin warna kuningnya. Jadi pirangnya bisa bagus.
Trus rambutku nggak terasa kasar sama sekali. Lembuuut banget. Bahkan rasanya jauh lebih lembut dari sebelum dibleaching (haha, aneh). Emang sih, rambutku jadi kayak gede (mengembang), tapi pada dasarnya bentuk rambutku emang kayak gitu kan? lol.

Untuk sekarang ini, aku belum akan bleaching lagi karena aku cukup senang dengan warna yang sekarang. Kalau mau warna rambut putih atau silver emang harus dibleaching seenggaknya sekali lagi biar sampai level sepuluh, trus pakai purple shampoo buat ngilangin sisa warna kekuningannya. Tapi aku sekarang lagi pengen main warna-warna lain dulu, belum tahu mau warna apa. Hahaha. Jadi hasil bleaching yang sekarang udah cukup buat bikin warna-warna kayak pink dan hijau masuk. Soal yang masih belum rata dikit-dikit sih tenang. Hidup memang nggak harus sempurna kok. Wkwk. Alasan nih, aslinya masih males aja.

Kesimpulan Review Bleaching Rambut Inaura

Aku suka banget dan puas banget. Nggak menyesal mengikuti saran mbaknya toko. 

Kelebihan:

-        Harganya murah, hampir sama aja kayak Miranda
-        Nggak bau menyengat
-        Gampang diaplikasikan
-        Hasilnya bagus memuaskan
-        Nggak bikin rambut jadi kering dan kasar

Kekurangan:

-        Panas banget. Tapi ini kayaknya wajar buat developer 12%, jadi nggak masalah. Toh nggak bikin kulit kepalaku iritasi atau semacamnya. Aku banyak baca dan lihat video orang bleaching rambut trus kulit kepalanya sampai merah kayak luka gitu mengerikan banget. Tapi aku enggak sih untungnya, soalnya bagian yang mendekati akar aku kasih terakhir nggak bareng sama bagian batang.

Recommended?

Iya, banget. Kalau kalian mau bleaching rambut sendiri yang murah dan nggak bikin rambut jadi kasar, mending pakai merek ini. 

Repurchase?

Iya banget. Ntar kalau aku mau bleaching lagi udah yakin seratus persen bakal pakai merek ini lagi.

Tips bleaching rambut sendiri secara aman tanpa merusak rambut:

-        Pertama, kondisi rambut harus dalam keadaan sehat. Jangan rambut rusak, kering dan kasar trus dibleaching. Selain hasilnya nggak bakal bagus, rambut juga akan jauh lebih rusak lagi. Kalau perlu seminggu sebelum bleaching perawatan ekstra dulu pakai masker rambut, vitamin, dll. 

-        Aplikasikan mulai dari ujung rambut ke atas, dan sisakan sekitar 1-2 cm dari akar rambut. Ini karena bagian yang mendekati akar itu lebih cepet berubah warnanya dibanding batang dan ujung rambut. Selain itu juga ke kulit kepala rasanya panas, jadi bagian ini emang baiknya jangan lama-lama biar nggak sampai luka kayak orang-orang gitu.

-        Pakai aluminium foil kalau punya. Ini mempercepat proses dan bikin hasilnya juga lebih maksimal dan rata. Kalau nggak punya, bisa pakai plastic wrap atau tutup pakai shower cap.

-        Setelah bleaching juga perawatan harus super duper ekstra. Sebagus apapun bleaching, pasti tetep mengubah tekstur rambut. Pasti. Namanya aja bahan kimia yang segitunya bisa ngilangin pigmen rambut loh. Kan keras. Jadi mau nggak mau ya rambut harus dirawat lebih dari biasanya, biar tetep sehat, lebut, nggak patah-patah. 

-        Lindungi area leher pakai kain atau handuk. Kalau kena kulit bagian ini panas soalnya.

-        Pakai sarung tangan.

-        Usahakan jangan mengaplikasikan sendiri, minta bantuan orang lain biar rata. Jangan kayak aku yaa. Kecuali kamu emang udah jago banget bisa ‘melihat’ bagian belakang rambut sih. Lol

Oke, segini dulu aja review bleaching rambut Inaura kali ini, gengs! Sungguh review yang positif sekali ya. Aku seneng deh kalau review produk hasilnya bagus gini. Habis ini tinggal warnain aja. Warna apa dulu ya, enaknya? Menurut kalian? Komen di bawah yaa! 

Terima kasih banyak udah baca postingan kali ini, dan sampai ketemu di postingan berikutnya ya, Belbies!


Love.
Isthar Pelle

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Newer Posts
Older Posts

About Me


Hello!
My name is Isthar Pelle.
I started blogging out of hobbies and I feel so grateful that I am able to help people who read my posts.
If you have anything to say, please feel free to leave comments or contact me through my socials!

Thank you so much!
Xo,
Isthar Pelle

Follow Me

  • facebook
  • twitter
  • instagram
  • youtube

Categories

  • Acne (6)
  • Artikel (14)
  • Beauty Trick (3)
  • DIY (3)
  • Hair (2)
  • Health (4)
  • Review (21)
  • Tips (11)

recent posts

Sponsor

Blog Archive

  • April 2021 (1)
  • Februari 2019 (1)
  • Januari 2019 (1)
  • November 2018 (1)
  • Oktober 2018 (3)
  • April 2018 (2)
  • Februari 2018 (2)
  • Januari 2018 (1)
  • Agustus 2017 (6)
  • Juli 2017 (5)
  • Maret 2017 (1)
  • Januari 2017 (1)
  • Desember 2016 (4)
  • September 2016 (3)
  • Juli 2016 (5)
  • September 2015 (1)

Created with by ThemeXpose | Distributed by Blogger Templates